Selasa, 15 Februari 2011

Mutiara Kisah

Diriwayatkan bahwa pernah terjadi musim kemarau di kalangan Bani Israil. Masuklah seorang fakir di depan pintu seorang kaya seraya berkata, “Berilah sedekah kepadaku dengan sepotong roti untuk mencari redha Allah SWT.”
Puteri dari orang kaya itu keluar membawa roti yang masih hangat dan diberikannya kepada orang fakir itu. Lalu datanglah orang kaya yang celaka dan dipotongnya tangan puterinya.
Lalu Allah SWT merubah keadaannya dan menghilangkan semua hartanya. Jadilah dia fakir dan meninggal dalam keadaan hina. Sedang puterinya berkeliling dari pintu rumah ke pintu yang lain dengan meminta-minta. Dia seorang gadis yang cantik jelita.
Suatu hari gadis itu datang di depan pintu seorang lelaki kaya. Keluarlah ibu lelaki itu dan dia memandang puteri itu dan memperhatikan kecantikannya serta menyuruhnya masuk ke dalam rumahnya. Dia merasa tertarik dan ingin mengahwinkan dengan anaknya. Setelah dia mengahwinkannya, dia menghiasinya dan menghidangkan di hadapannya sebuah hidangan pada malam hari. Puteri itu mengeluarkan tangannya sebelah kiri untuk makan bersama suaminya.
Melihat itu suaminya berkata, “Sungguh aku memang sering mendengar bahawa orang fakir adalah kurang pendidikan. Keluarkanlah tangan kananmu.”
Puteri itu tetap mengeluarkan tangan kirinya dan berkali-kali suaminya melarangnya. Terdengar satu suara dari sudut pintu, “Keluarkan tanganmu sebelah kanan, hai perempuan hamba Allah. Benar-benar engkau telah memberikan roti itu kepada Allah. Tentu Allah akan memberikan tanganmu kepada dirimu.” 
Maka dikeluarkannya tangan kanannya dalam keadaan utuh berkat kekuasaan Allah SWT dan makanlah dia bersama suaminya.

Mutiara Hati (I)







Hikmah Hati

Pada suatu ketika, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak adik-adik nya?” ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”
Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???
Dengan tersenyum ibu itu menjawab : ”Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”… Pemuda itu terbengong….
***
Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “Hal yang paling penting dalam hidup ini bukan SIAPAKAH ANDA? tapi APA YANG SUDAH ANDA LAKUKAN UNTUK ORANG LAIN?”
Semoga bermanfaat dan menjadikan renungan bagi kita, agar kita senantiasa dapat menjadi orang yang berguna bagi orang lain.***